Ngeblog Dapat Duit

Senin, 13 Februari 2012

Asuhan Keperawatan Kolitis Ulseratif

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kolon
Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular berongga yang membentang dari secum hingga canalis dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens, transversum, desendens, dan sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kurang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m. Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit. Ciri khas dari gerakan usus besar adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi. Peristaltik mendorong feses ke rectum dan menyebabkan peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam kolon juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air.

2.2. Definisi
Kolitis ulserativa merupakan penyakit radang non spesifik kolon yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Sakit abdomen, diare dan perdarahan rektum merupakan tanda dan gejala yang penting. Lesi utamanya berupa reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kriptus Lieberkuhn, yang akhirnya dapat menimbulkan pertukakan pada mukosa. Frekuensi penyakit paling banyak antara usia 20 -40 tahun, dan menyerang ke dua jenis kelamin sama banyak. Insiden kolitis ulserativa adalah sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit putih per tahun.

Gambar 1.2. Peradangan Colitis Ulseratif (kolon)
( www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/ )
2.3. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui
Faktor Risiko :
1. Genetik
faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat hubungan familial
2. Lingkungan
3. PenyakitAutoimun
Autoimunnita berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita kolitis ulterativa merusak sel epitel pada kolon.Patofisiologis
Beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah :
a. hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan makanan,
b. Interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus),
c. Pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress
2.4. Manifestasi Klinis
Gejala yang sering timbul pada penyakit colitis ulseratif ini adalah :
a. Nyeri perut
b. Diare berdarah, berlendir dan bernanah
c. Anemia
d. Turunnya berat badan
e. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
f. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
g. Perdarahan rektum (anus).

2.5. Patofisiologi
Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mukosa dan terdiri atas pembentukan abses dalam kriptus. Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti mukosa. Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan. Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati di dinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terkelupas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah
Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus.
Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus). Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid. Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik.
A. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui pasti diagnosa penyakit ini adalah dengan cara melakukan beberapa test penunjang.Tes pertama yang dilakukan adalah anamnesis dan pemeriksaaan fisik tentunya, pada pemeriksaan fisik , periksalah kekauan dari otot-otot abdominal kemudian perhatikan apakah pasien demam dan dehidrasi jika ya, kemungkinan pasien mengalami gejala awal ulkus
1. Pemeriksaan feses (berdarah, lendir dan nanah)
2. Pada pemeriksaan laboratorium terlihat anemik dan malnutrisi
Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang.Penderita sebaiknya menghindari buah dan sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang. Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja.




2.7. Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan Fisik
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Aktifitas sehari-hari
2. Diagnosa Keperawatan
A. Perubahan Kenyamanan : Nyeri
Berhubungan dengan inflamasi: Infeksi gastrointestinal ( colitis ulseratif)
- Data mayor :
Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan (mungkin satu-satunya pengkajian data yang ada)
- Data minor :
1. Ketidaknyamanan.
2. Marah, frustrasi, depresi karena situasi.
3. Raut wajah kesakitan.
4. Anoreksia, penurunan berat badan.
5. Insomnia.
6. Gerakan yang sangat hati-hati.
7. Spasme otot.
8. Kemerahan, bengkak, panas.
9. Perubahan warna pada area yang terganggu.
10. Abnormalitas refleks.

Kriteria Hasil :
1.Mengungkapkan bahwa orang lain mengesahkan bahwa nyeri itu ada.
2.Melakukan tindakan penurun nyeri noninvasif yang dipilih untuk menangani nyeri.
3.Mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari.

Intervensi :
1. Kaji pengalaman nyeri individu; tentukan intensitas nyeri pada saat terburuk dan terbaik.
2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi ketakutan.
3. Ungkapkan penerimaan anda tentang respons terhadap nyeri.
4. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
5. Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
Obat yang digunakan :
1. Aminosalicylates
• Mesalazine, juga dikenal sebagai 5-aminosalicylic asam, mesalamine, atau 5-ASA. Merek formulasi nama termasuk Asacol, Pentasa, Mezavant, Lialda, dan Salofalk.
• Sulfasalazine, juga dikenal sebagai Azulfidine.
• Balsalazide, juga dikenal sebagai Colazal atau Colazide (Inggris).
• Olsalazine, juga dikenal sebagai Dipentum.
2. Kortikosteroid
• Kortison
• Prednisone
• Prednisolon
• Cortifoam
• Hidrokortison
• Methylprednisolone
• Beclometasone
• Budesonide - di bawah nama merek Entocort
3. Obat imunosupresif
• Mercaptopurine, juga dikenal sebagai 6-mercaptopurine, 6-MP dan Purinethol.
• Azathioprine, juga dikenal sebagai Imuran, Azasan atau Azamun, yang memetabolisasikan untuk 6-MP.
• Metotreksat, yang menghambat asam folat
• Tacrolimus
B. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun : Diare
-Data mayor :
Kesukaran untuk tertidur dan tetap tidur

-Data minor :
a. Keletihan waktu bangun atau sepanjang hari
b. Tidur sejenak atau sepanjang hari
c. Agitasi
d. Perubahan suasana hati

Kriteria hasil
Individu akan :
a. Menggambarkan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
b. Mengidentifikasi teknik untuk menginduksi tidur.
c. Melaporkan keseimbangan optimal dari istirahat dan aktivitas.

Intervensi :
a. Kurangi kebisingan.
b. Organisasi prosedur untuk memberikan jumlah terkecil gangguan selama periode tidur (misal; sewaktu individu bangun untuk pengobatan juga berikan penanganan dan pengukuran tanda-tanda vital)
c. Jika berkemih sepanjang malam mengganggu, batasi masukan cairan waktu malam dan berkemih sebelum berbaring.
d. Tetapkan bersama individu suatu jadwal untuk program aktivitas sepanjang waktu (jalan, terapi fisik).
e. Batasi masukan minuman yang mengandung kafein.
C. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan : Diare
-Data mayor
Ketidakcukupan masukan cairan oral
Keseimbangan negatif antara masukan dan haluaran
Penurunan berat badan
Kulit/membran mukosa kering

-Data minor
Peningkatan natriun serum
Penurunan haluaran urine atau haluaran berlebihan
Urine memekat atau sering berkemih
Penurunan turgor kulit
Haus/mual/anokresia

Kriteria hasil
Individu akan :
a. Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada kontraindikasi)
b. Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stres atau panas
c. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
d. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi

Intervensi
a. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (mis; 1000 ml selama pagi, 800 ml sore, dan 200 ml malam hari)
b. Kaji pengertian individu tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan.
c. Pantau masukan; pastikan sedikitnya 1500 ml peroral setiap 24 jam serta pantau haluaran; pastikan sedikitnya 1000-1500 ml setiap 24 jam.
e. Timbang berat badan setiap hari, kehilangan berat badan 2%-4% menunjukan dehidrasi ringan, 5%-9% dehidrasi sedang.

0 komentar:

Iklan