Ngeblog Dapat Duit

Senin, 27 Februari 2012

KONSEP KEHILANGAN, DUKA CITA, PENYAKIT KRONIS, MENJELANG AJAL

Konsep kehilangan

           Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang belum ada, baik senagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan dan kecenderungan akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan respon terakhir  terhadap kehilangan sangat dipengaruhi  oleh respons individu tehadap kehilangan sebelumnya( POTTER & PERRY, 1997)
Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesuai nilai dan prioritas yang dipengaruhi oleh lingkungan  seseorang yang meliputi keluarga, teman,,masyarakat,  dan budaya. Kehilangan yang nyata((aktual loss) adalah kehilangan orang atau objek yang tidak lagi  bisa dirasakan, dilihat, diraba, atau dialami oleh seseorang. Kehilangan yang (perceived loss) merupakan kehilangan yang sifatnya unik menurut orang yang mengalami kedudukan, seperti kehilangan harga diri atau percaya diri

Jenis kehilangan:
  • 1.      Kehilangan objek eksternal  (misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam)
  • 2.     
  • Kehilangan lingkungan yang di kenal (misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah sakit, atauberpindah pekerjaan)
  • 3.      Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti( misalnya pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat)
  • 4.      Kehilangan suatu  aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik)
  • 5.      Kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat , atau diri sendiri)

Dampak kehilangan:
  • 1.      Pada masa anak-anak, kehilangan akan dapat mengancam kemampuan seseorang untuk berkembang, kadang kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian
  • 2.      Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan disitegrasi dalam keluarga
  • 3.      Pada masa dewasa tengah, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan dapat menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.

Konsep duka cita
          Berduka (grieving) merupaka reaksi emosioanal terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektal budaya, dan keyakinan spiritualyang dianut. Sedangkan istilah (bereavement) mencakup berduka dan berkabung (mourning) yaitu perasaan di dalam dan reaksi keluar orang yang ditinggal. Berkabung ada lah periode penerimaan terhadap kehilang dan berduka. Hal ini terjadi masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.
Jenis duka cita:
  • 1.      Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. (misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara
  • 2.      Berduka antisipatif, yaitu proses’melepas diri’ yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai  proses perpisahan dan menyelesaikan berbagai urusan dunia sebelum ajalnya tiba.
  • 3.      Berduka rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ketahap berikutnya, yaitu tahap berduka normal
  • 4.      Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka, contohnya kehilangan pasangan hidup karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri.
  • Respon berduka
  • Respon berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut ( Kubler-Ross,dalam Potter & perry, 1997):

1.      Tahap pengingkaran. Reksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak, mengerti, atau  mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh, orang tua keluaraga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangsis, gelisa, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa tahun.
2.      Tahap  Marah. .Pada tahap Ini Individu Menolak Kehilangan . Kemarahan Yang Timbul Sering Diproyeksikan Kepada Orang Lain atau dirinya sendiri .Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menujukan perilaku agresif ,berbicara kasar,menyerang orang lain,menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respons fisik yang sering terjadi,antara lain muka merah,denyut nadi cepat,gelisah,susah  tidur,tangan mengepal,dan seterusnya.
3.      Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat dan mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau teran-terangan seolah-olah kehilangan tesebut dapat di cegah. Indifidu  mungkinberupaya untuk melakukan  tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4.      Tahap Depresi.Pada tahapan ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri,kadang-kadang bersikap sangat penurut,tidak mau bicara ,menyatakan keputusasaan,rasa tidak berharga ,bahkan bisa muncul keinginan bunuuh diri.Gejala fisik ysng di tujukan,antara lain menolak mankanan,susah  tidur letih,turunya dorongan  libido,dan lain-lain.
5.      Tahap Penerimaan.    Tahap ini berkaitan  dengan reorganisasi persaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu  telah menerrima kenyataan kehilangan yang di alaminya dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang obyek atau orang  yang hilang akan mulai di lepaskan  secara tahap.perhatiannya akan beralih pada objek yang baru.Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan nenerima dengan prasaan damai ,maka dia dapat mengakiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas.

0 komentar:

Iklan