Ngeblog Dapat Duit

Jumat, 13 Januari 2012

Asuhan Keperawatan Guillan Barre Syndrome


1  Defenisi

            Guillan Barre Syndrome (GBS) adalah proses peradangan akut dengan karakteristik kelemahan motorik dan paralisis yang disebabkan karena demylin pada sarat prifer. Sindrom penyakit ini berupa paralisis flaccid asenden simetris yang berkembang secara cepat, biasanya mengikuti infeksi virus. Pada kondisi ini peran perawat adalah memberikan perawatan proses rehabilitasim mencegah komplikasi, memenuhi kebutuhan ADL dan support emosional.

            Sedangkan menurut Parry mengatakan bahwa, GBS adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Menurut Bosch, GBS merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.

2  Etiologi

            Secara pasti penyebab GBS tidak diketahui, namun diduga berkaitan dengan :
a. Penyakit akut, trauma, pembedahanm dan imunisasi 1-4 minggu sebelum tanda dan gejala GBS (15% dari kasus)
b. Di dahulu Infeksi saluran pernapasan akut, penyakit gastrointestinal (50% dari kasus)
c. Reaksi immunologi (Hickey dalam Donna, 1995)
d. Kehamilan atau dalam masa nifas
e. Dahulu diduga penyakit ini disebabkan oleh virus tetapi tidak ditemui pada pemeriksaan patologis. Teori sekarang ini mengatakan bahwa SGB disebabkan oleh kelainan immunobiologik.

3  Patofisiologi

Kerusakan myelin diantara Node of Ranvier ditemukan pada sebagian besar kasus GBS, sehinga konduksi impuls akan lambat dan terganggu. Myelin berfungsi menghantarkan impuls yang pada respon motorik berasal dari otak. Keadaan ini mengakibatkan kelemahan/paralisi pada ekstermitas bawah kemudian berjalan ke tubuh bagian atas.

Fase Sindroma Guillain Barre.

1.      Fase Progresif
Fase ini dimulai dari terjangkit penyakit. Selama fase ini kelumpuhan bertambah berat sampai mencapai maksimal, belangsung beberapa hari sampai 4 minggu, jarang yang melebihi 8 minggu.

2.      Fase Plateau
Fase ini telah mencapai maksimal dan menetap. Fase ini biasanya hanya 2 hari samapi 3 minggu.

3.    FaseRekonvalesen(perbaikan)
Fase ini ditandai dengan terjadi perbaikan kelumpuhan ekstremitas yang berlangsung selama beberapa bulan. Seluruh perjalan penyakit Sindroma Guillain Barre ini biasanya berlangsung dalam kurun 6 bulan.


4  Manifestasi Klinis

1.      Gangguan motorik
a.       Kelemahan otot secara asending dengan paralisis flaksid dan atropi
b.      Kesulitan berjalan
c.       Menurunnya atau tidak adanya reflex tendon dalam
d.      Gangguan pernafasan (dispnea dan menurunnya bunyi nafas)
e.       Kehilangan control bowel dan bladder

2.      Gangguan sensorik
a.       Paresthesia
b.      Kram

3.      Kerusakan saraf cranial
a.       Kelemahan otot wajah
b.      Dysphagia
c.       Diplopia
d.      Kerusakan saraf cranial (IX, X, XI, XII)

4.      Gangguan saraf otonom
a.       Tekanan darah tidak stabil
b.      Kardiak disritmia
c.       Takhikardia


5  Komplikasi

1.      Kegagalan jantung
2.      Kegagalan pernapasan
3.      Infeksi dan sepsis
4.      Trombosis vena
5.      Emboli paru

6  Pemeriksaan Diagnostik

1.      Cairan serebrospinalis: meningkatnya kadar protein, limposit normal
2.      Elektromyografi: menurunnya konduksi saraf
3.      Test fungsi paru: menurunya kapasitas vital, perubahan peningkatan pH.

7  Penatalaksanaan

1.  Perawatan pernapasan seperti antispasi kegagalan pernapasan, persiapan ventilator dan pemeriksaan AGD
2.   Monitoring hemodinamik dan kardiovaskuler
3.   Management bowel dan bladder
4.   Support nutrisi
5.   Perawatan immobilisasi
6.   Plasmapheresis seperti penggantian plasma untuk meningkatkan kemampuan motorik
7.   Pengobatan dengan pemberian kortikosteroid, immunosuppressive dan antikoagulan
8.   Pembedahan tracheostomy dan indikasi kegagalan pernapasan



ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian

1.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kejadian/gejala
b.      Riwayat ISPA, pembedahan dan imunisasi
c.       Riwayat hepatitis dan influenza

2.      Pemeriksaan fungsi tubuh
a.       Fungsi motorik
  • Kelemahan otot yang menjalar ke atas
  • Paresthesia, atropi otot
b.      Saraf cranial
Kelemahan saraf fasial (VII), glossopharegeal (IX), vagus (X) menyebabkan kelemahan otot wajah, disphagia, distrimia dan gangguan jantung.

c.       Refleks
Tidak adanya reflek tendon dalam

d.      Fungsi pernapasan
Bunyi napas berkurang, ekspansi paru berkuran.

e.       Fungsi jantung
Sinus takhikardia, bradikardia, distrimia

3.      Pemeriksaan psikososial
a.       Rasa kecemasan, ketakutan dan panic
b.      Intonasi bicara lambat
c.       Penampilan fisik
d.      Kemampuan kognitig

2    Diagnosa keperawatan

1.  Tidak efektifnya pola napas b/d kelemahan otot pernapasan atau paralisis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kesulitan mengunyah, menelan, paralisis ekstremitas
3.  Kelemahan mobilitas fisik b/d kelemahan otot, paralisis dan ataksia
4.  Resti ganguan integritas kulit b/d paralisi ekstremitas
5.  Gangguan komunikasi verbal b/d paralisis saraf kranial VII

3.    Intervensi
1. Tidak efektifnya pola nafas b/d kelemahan otot pernapasa atau paralisis

Intervensi keperawatan:
a. Monitor jumlah pernapasan, irama dan kedalamannya setiap 1-4 jam.
Rasional: Paralisis pernapasan dapat terjadai 48 jam
b. Auskultasi bunyi nafas setiap 4 jam.
Rasional:  Bunyi nafas indikasi adekuatnya ventilasi
c. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan cara suction dan bersihkan mulut.
Rasional:  Jalan napas paten
d. Lakukan fisioterapi dada.
Rasional:  Mencegah peneumonia dan atelektasis
e. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Rasional:  Pemenuhan kebutuhan oksigen

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kesulitan mengunyah, menelan, paralisis ekstremitas.

Intervensi Keperawatan
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna/makan makanan
Rasional:  Mempengaruhi pilihan intervensi
b.  Monitor intake dan output nutrisi.
Rasional:  Menentukan adekuatnya kebutuhan nutrisi pasien
c.  Berikan makanan sesuai diet TKTP
Rasional:  kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan.
d.  Berikan makanan personde dengan posis setengah duduk atau semifowler
Rasional:  Menghindari terjadinya aspirasi
e.  Lakukan perawatan mulut sesudah dan sebelum makan
Rasional:  Meningkatkan rasa nyaman dan meningkatkan nafsu makan
f.   Timbanglah berat badan 3 hari sekali jika memungkinkan
Rasional:  Mengetahui status nutrisi.

3.  Kelemahan mobilitas fisik b/d kelemahan otot, paralisis dan ataksia.
Intervensi keperawatan
a.  Kaji fungsi motorik dan sensorik setiap 4 jam.
Rasional:  Paralisis otot dapat terjadi dengan cepat dengan pola yang makin naik.
b.  Kaji derajat ketergantungan pasien.
Rasional: Mengidentifikasikan kemampuan pasien dalam kebutuhan ADL.
c.  Lakukan alih posisi setiap 2 jam yaitu posisi sim.
Rasional:  Menghindarai dekubitus.
d.  Lakukan ROM.
Rasioanal:  Mencegah atropi dan kontraktur.

4.      Resti ganguan integritas kulit b/d paralisis ekstremitas.
Intervensi keperawatan
a.  Kaji fungsi motorik dan sensorik setiap 4 jam.
Rasional:  Paralisis otot dapat terjadi dengan cepat dengan pola yang makin naik.
b.  Kaji derajat ketergantungan pasien.
Rasional: Mengidentifikasikan kemampuan pasien dalam kebutuhan ADL.
c.  Lakukan alih posisi setiap 2 jam yaitu posisi sim.
Rasional:  Menghindarai dekubitus.
d.  Lakukan ROM.
Rasioanal:  Mencegah atropi dan kontraktur
e.  Lakukan massage pada daerah yang tertekan
Rasional:  Memperlancar aliran darah.

5.  Gangguan komunikasi verbal b/d paralisis saraf kranial VII
Intervensi Keperawatan
a.  Kaji kemampuan komunikasi pasien verbal/nonverbal
Rasional:  Identifikasikan kemampuan komunikasi pasien
b.  Bicara pelan dan terjadi kontak mata.
Rasional:  memudahkan dalam berkomunikasi.
c.  Komunikasikan kepada keluarga tentang gangguan komunikasi
Rasional:  keluarga tidak memaksakan untuk berkomunikasikan secara verbal sehingga mengakibatkan rasa frustasi pada pasien

0 komentar:

Iklan